TUG8TSd0BUz9TfY5GUWlGUM5BY==

KCFI Dorong Kebangkitan Perfilman Sumsel, Angkat Potensi Seni dan Budaya ke Layar Nasional

Palembang – Ketua Komunitas Cinta Film Indonesia (KCFI) Pusat, Budi Sumarno, menegaskan bahwa Sumatera Selatan memiliki kekayaan seni dan budaya yang sangat potensial untuk dikembangkan menjadi karya film berkualitas. Menurutnya, ragam budaya lokal mampu memberikan warna baru bagi industri perfilman nasional yang terus membutuhkan narasi segar dan otentik.

Dalam kesempatan tersebut, Budi berharap masyarakat Palembang dan Sumatera Selatan dapat lebih berperan aktif mempromosikan potensi daerah melalui produksi film. Ia menilai bahwa karya visual yang menggambarkan identitas lokal tidak hanya memperkaya khazanah budaya nasional, tetapi juga memiliki daya tarik bagi penonton internasional.

“Kekayaan seni dan budaya Sumatera Selatan punya keragaman dan keunikan yang sangat menarik untuk diangkat ke layar lebar, baik bagi penonton Indonesia maupun internasional,” ujar Budi Sumarno saat melantik Pengurus KCFI Sumsel periode 2025–2028 di Graha Bina Praja Pemprov Sumsel, Sabtu (29/11/2025).

Pada pelantikan tersebut, KCFI Pusat secara resmi menunjuk Yosep Suterisno, SE, sebagai Ketua KCFI Sumsel. Ia akan didampingi oleh Ida Utami Dwikurniawati, S.IP., M.Si sebagai Sekretaris, Imron Supriyadi, S.Ag., M.Hum sebagai Wakil Sekretaris, Metialisna, BSC., SE sebagai Bendahara, serta Srikandi, S.Pd., M.Si sebagai Wakil Bendahara, bersama jajaran bidang lainnya.

Budi menjelaskan bahwa lahirnya kepengurusan KCFI Sumsel menjadi momentum penting dalam kebangkitan kembali perfilman daerah. Ia menilai selama beberapa tahun terakhir ruang pemutaran film lokal berkurang dan banyak bioskop komunitas tidak lagi aktif, sehingga kehadiran KCFI dapat menjadi motor revitalisasi.

“Dengan terbentuknya kepengurusan baru ini, kami optimistis Sumsel bisa kembali menjadi barometer karya kreatif berbasis identitas budaya lokal,” tegas Budi.

Ketua KCFI Sumsel terpilih, Yosep Suterisno, menegaskan bahwa KCFI merupakan gerakan kebudayaan yang bertujuan menghadirkan cerita dan nilai-nilai Sumatera Selatan ke panggung nasional melalui media film. Ia menilai Sumsel memiliki potensi narasi sangat besar, mulai dari sejarah Sriwijaya, tradisi Dulmuluk, hingga kehidupan masyarakat ulu yang kaya nilai budaya.

Lebih lanjut, Yosep menyoroti sejumlah tantangan dunia film daerah, mulai dari kualitas sinematografi, penulisan naskah, kedisiplinan kreatif, hingga strategi distribusi. Meski begitu, ia menyatakan komitmen KCFI Sumsel untuk memperluas ruang pemutaran film lokal melalui bioskop komunitas, mini theater kampus dan pesantren, hingga balai budaya.“Film Sumsel harus ditonton oleh masyarakat Sumsel sendiri. Dengan dukungan pemerintah, komunitas seni, dan energi besar anak muda, KCFI Sumsel siap menjadi pusat pelatihan, pendampingan, dan jejaring kreatif hingga tingkat nasional,” ujarnya.

Yosep optimistis upaya penguatan kapasitas dan distribusi film lokal ini akan membuka peluang lebih besar bagi sineas muda Sumsel untuk berkembang. KCFI Sumsel juga berkomitmen menciptakan ruang kolaborasi antar komunitas film dan institusi pendidikan. (GS)

Komentar0

Type above and press Enter to search.