Putra Gara dikenal luas sebagai salah satu penulis novel sejarah yang produktif dan berpengaruh di Indonesia. Sosok berkacamata ini telah menekuni dunia literasi sejak usia muda. Kecintaannya terhadap dunia tulis-menulis muncul ketika ia duduk di bangku SMP. Saat itu, beberapa karya cerpen hasil tangannya mulai dimuat di berbagai media cetak nasional, menjadi awal perjalanan panjang karier kepenulisannya.
Hingga kini, karya-karya Putra Gara telah mencapai ratusan cerpen dan lebih dari sepuluh buku. Beberapa karya terkenalnya antara lain Pangeran Pasai (Penerbit Hikmah), Kisah Cinta Tiga Pria (Cipta Media), Takdir Bayi-bayi (Cipta Media), Cinta di Antara Dua Pria (Penerbit Universal Nikko), serta Tembang Lara Perangkai Kata (Cipta Media). Melalui karya-karyanya, Gara tidak hanya menyajikan kisah yang menarik, tetapi juga berupaya menghadirkan nilai sejarah dan budaya bangsa kepada generasi muda.
Bakat jurnalistiknya mulai terasah ketika ia duduk di bangku SMA. Saat itu, Gara aktif menjadi wartawan lepas di berbagai media ternama seperti Jayakarta, Sinar Pagi, Pelita, Swadhesi, Kawanku, Gadis, Aneka Yess, dan Anita Cemerlang. Pengalaman sebagai jurnalis membuat gaya penulisannya semakin tajam, realistis, dan berwawasan luas.
Tiga tahun terakhir, Gara semakin fokus menulis novel bergenre sejarah. Ia mengaku jenuh dengan tulisan-tulisan monoton dan ingin memberikan kontribusi nyata bagi bangsa dengan mendokumentasikan peristiwa bersejarah dalam bentuk sastra. Bagi Gara, menulis sejarah bukan sekadar menyusun narasi masa lalu, tetapi juga membangun kesadaran generasi kini terhadap identitas dan jati diri bangsa.
Melalui dedikasinya, Putra Gara berhasil membuktikan bahwa menulis dapat menjadi jalan hidup yang membawa manfaat besar. Dari menulis, ia mampu menempuh pendidikan hingga perguruan tinggi dan mewujudkan berbagai keinginannya. Karya-karyanya tidak hanya memberi nilai ekonomis, tetapi juga memperkaya khazanah literasi nasional.
Tak hanya dikenal sebagai penulis dan jurnalis, Gara juga aktif di dunia seni rupa dan perfilman. Ia memiliki ketertarikan besar terhadap melukis dan pernah terjun langsung ke industri film sebagai penulis skenario sekaligus sutradara. Karya dokumenter terbarunya tentang Sumatra Utara bahkan sempat tayang di salah satu stasiun televisi nasional ternama, menunjukkan luasnya bakat dan kreativitasnya.
Bagi Gara, menulis adalah sebuah proses panjang yang tidak bisa dijalani secara instan. “Menulis itu sebuah proses, tidak bisa instan dalam hitungan hari. Jadi berproseslah terus hingga benar-benar jadi penulis,” ujarnya dalam sebuah wawancara. Pesan tersebut menjadi motivasi berharga bagi para penulis muda yang sedang berjuang meniti karier di dunia literasi.
Kisah hidup dan perjalanan karier Putra Gara menjadi inspirasi bagi banyak orang yang ingin menekuni dunia menulis. Konsistensi, kerja keras, dan semangatnya dalam berkarya menunjukkan bahwa kesuksesan bukanlah hasil kebetulan, melainkan buah dari dedikasi dan cinta terhadap dunia yang digeluti. Semoga perjuangan Putra Gara menjadi penyemangat bagi generasi muda Indonesia untuk terus berkarya dan menulis sejarah mereka sendiri. (GS)

Komentar0