Program Literasi Gerakan Nasional Budaya Sensor Mandiri kembali digelar oleh Lembaga Sensor Film Republik Indonesia (LSF RI). Pada Kamis, 20 November 2025, kegiatan ini dilaksanakan di Bioskop CGV Bekasi Trade Center dengan rangkaian acara edukatif yang ditujukan untuk meningkatkan pemahaman masyarakat mengenai pentingnya budaya sensor mandiri di era digital.
Kegiatan dimulai dengan sesi persiapan oleh Tim Panitia LSF RI. Selanjutnya, peserta mulai berdatangan untuk melakukan registrasi serta mengisi pre-test yang berlangsung hingga pukul 09.45. Tahap ini menjadi bagian penting untuk mengukur pemahaman awal peserta sebelum memasuki rangkaian materi inti.
Acara resmi dibuka oleh pembawa acara, Putri Arimbi, yang memberikan pengantar singkat. Setelah itu, seluruh peserta turut menyanyikan Lagu Indonesia Raya sebagai bentuk penghormatan dan pembukaan formal acara. Suasana penuh khidmat menjadi penanda bahwa kegiatan ini tidak hanya bersifat edukatif tetapi juga mengedepankan nilai kebangsaan.
Sambutan dan pembukaan kegiatan disampaikan oleh Dr. H. Imam Safe’i, M.Pd., selaku Anggota LSF RI. Dalam sambutannya, beliau menekankan pentingnya literasi sensor mandiri sebagai bagian dari upaya bersama menciptakan ekosistem tontonan yang sehat dan bertanggung jawab bagi masyarakat luas.
Usai sambutan, kegiatan berlanjut dengan sesi foto bersama seluruh peserta dan narasumber. Kemudian, pemutaran jingle resmi Gerakan Nasional Budaya Sensor Mandiri sebagai bentuk pengenalan lebih lanjut mengenai kampanye edukatif yang diusung LSF RI.
Sesi literasi dan diskusi menjadi inti utama kegiatan yang dimulai pukul 10.30. Pada sesi ini, dua materi disampaikan kepada peserta. Materi pertama mengenai Gerakan Nasional Budaya Sensor Mandiri dipaparkan oleh Erlan Basri, M.Sn., Anggota LSF RI. Materi kedua menghadirkan para pemain film “Keadilan: The Verdict,” yaitu Adam Farrel, Rangga Natra, Dicky Pardosi, dan Tyan Anugrah, yang membagikan cerita mengenai proses di balik layar serta promosi film tersebut.
Setelah sesi diskusi berakhir, peserta diarahkan untuk mengisi tautan evaluasi sebagai bagian dari penilaian kegiatan. Evaluasi ini bertujuan mengumpulkan masukan yang dapat membantu meningkatkan kualitas program literasi berikutnya. Acara ditutup oleh MC sebelum memasuki sesi hiburan utama.
Sebagai penutup rangkaian kegiatan, peserta diajak menikmati pemutaran film “Keadilan: The Verdict” bersama-sama. Melalui kegiatan nonton bareng ini, LSF RI berharap peserta dapat mengaplikasikan pemahaman mereka mengenai sensor mandiri sembari menikmati karya film nasional yang berkualitas.
"Pengaruh film saat ini juga bisa mempengaruhi mindset masyarakat, maka dari itu Lembaga Sensor Film ini hadir untuk bisa melindungi masyarakat kita dari tontonan negatif, Kami temukan di lapangan ada yang tidak sesuai dengan kategorisasi usianya. Ketika kami diskusikan dengan pihak bioskop, ini memang agak sulit. Satu sisi, pembelian tiket secara online membuat kontrol terhadap kategori usia menjadi terbatas" Erlan Basri menambahkan saat ditemui awak media disela Program Literasi Gerakan Nasional Budaya Sensor Mandiri kembali yang digelar oleh Lembaga Sensor Film Republik Indonesia (LSF RI) di CGV Bekasi Trade Center.
"Ketika ada anak di bawah kategori usia tertentu yang masuk bioskop, pihak bioskop kesulitan untuk menahan mereka, karena tidak ada sanksi tegas yang bisa diterapkan," jelasnya.
Sejauh ini pihak LSF sudah melakukan pencegahan dengan pendekatan persuasif melalui budaya sensor mandiri. (GS)


Komentar0