JAKARTA — Himpunan Seni Budaya Islam (HSBI) menggelar diskusi budaya bertajuk Masa Depan Seni Islam yang menghadirkan Wakil Sekretaris HSBI Budi Sumarno serta Wakil Ketua Bidang Sastra Putra Gara. Acara tersebut berlangsung di Galeri Darmin Kopi, Jakarta, Sabtu (25/11/25), dan menjadi ruang dialog mengenai arah perkembangan seni Islam di era modern.
Dalam forum tersebut, para narasumber menyoroti pentingnya menjadikan seni Islam sebagai wahana ekspresi yang tidak hanya produktif, tetapi juga mampu merespons dinamika sosial budaya saat ini. Putra Gara, dalam pengantar diskusi, menegaskan bahwa menggerakkan seni Islam bukanlah perkara sederhana dan membutuhkan komitmen yang kuat.
Ia menekankan perlunya “jihad seni” sebagai semangat untuk menghidupkan kembali karya-karya bernuansa Islami di ruang publik. Menurutnya, diskusi seperti ini menjadi tonggak penting untuk merumuskan langkah nyata dalam memajukan seni Islam, terlebih ia dikenal sebagai penulis yang kerap menghadirkan sejarah dalam karya sastra.
Sementara itu, Budi Sumarno lebih banyak membahas tentang peran film sebagai medium syiar Islam. Sebagai praktisi film, ia menilai era digital membuka peluang besar untuk menyampaikan pesan moral melalui layar lebar maupun platform digital.
Budi menjelaskan bahwa dakwah tidak harus disampaikan secara verbal. Pesan universal dapat disisipkan dalam karya film yang kreatif dan menyentuh, sehingga mampu menjangkau audiens yang lebih luas tanpa terasa menggurui. Ia juga mengungkapkan bahwa HSBI bersama Kementerian Kebudayaan tengah menjalankan program Santri Film Festival (Saffest) 2025.
Melalui Saffest, HSBI berharap para santri dapat terdorong untuk berkarya dan mengekspresikan nilai-nilai Islam melalui medium film. Program ini dirancang untuk meningkatkan literasi visual sekaligus memperkuat posisi film sebagai sarana dakwah yang relevan dengan perkembangan zaman.
Peserta lainnya, Boy, menilai seni Islam sering terkesan eksklusif sehingga kurang membumi. Ia mendorong adanya gerakan bersama untuk memperluas jangkauan seni budaya Islam. Diskusi yang berlangsung hangat itu akhirnya menyimpulkan bahwa kemajuan seni Islam tidak dapat dicapai secara individual, melainkan membutuhkan kerja kolektif. Putra Gara menutup acara dengan harapan agar HSBI dapat menjadi rumah besar yang menggerakkan perkembangan seni budaya Islam di Indonesia. (GS)



Komentar0